Posted by: beibitta | May 29, 2010

‘perjuangan’

SANG PEJUANG LOTEK

Dipersimpangan gang, nampak seorang ibu yang tengah sibuk mempersiapkan barang dagangannya, diwarung samping rumahnya. Dengan tomat, timun, kol, ketupat dan kerupuk satu per satu ia menatanya, agar nampak menarik oleh pejalan yang kebetulan lewat untuk mencari makan. Sedangkan sayuran bayam, kacang panjang, touge, dan kenikir  yang sudah direbus ia tata di nampan kalo. Ada juga bahan bumbu- bumbunya, seperti cabe, bawang putih, garam, daun jeruk purut, kencur, gula jawa, terasi, air asam dan tidak lupa kacang goreng yang sudah dipersiapkan ditoples. Di warung kecil itulah ia mencari nafkah untuk membantu sang suami, memenuhi kebutuhan keluarga sehari- hari. Yang penghasilannya kurang untuk mencukupi tanggungan keluarga yang banyak.

Belum ada pelanggan saja Bu mami sudah mengucurkan keringat. Itu karena hanya ia seorang yang mempersiapkan barang dagangannya. Sejenak ia nampak duduk untuk istirahat sambil menunggu pelanggan. Kemudian ada seorang ibu yang datang dengan membawa dua piring yang ditumpuk. “Bu, kulo mesen loro cabene setunggal mawon” kata ibu sang pembeli. Lalu dengan terlatihnya Bu mami mengambil bahan bumbu cabe 1, kencur sedikit, garam, bawang putih, daun jeruk purut, dan terasi. Dengan cara ulekkan yang mantap, bumbu yang tadi dimasukkan dalam cuek menjadi halus. kemudian ia masukkan gula jawa, disusul kacang goreng. Setelah itu bumbunya siap untuk dicampur dengan sayur- mayurnya.

Sayur bayam, kacang panjang, touge yang sudah direbus dimasukkan dalam adonan bumbu. Kemudian disusul kenikir, kol, timun, tomat dan dua bungkus ketupat yang sudah dipotong- potong. Setelah itu diaduk perlahan- lahan, agar semua bumbu tercampur dengan sayur-mayurnya. Karena rata- rata pelanggannya warga sekitar rumahnya, ia sesekali mengobrol sembari membuat lotek. Nampak jelas sekali diwajahnya yang sudah separuh baya, melakukan hal itu dijalaninya dengan senang hati. Karena dengan begitulah ia merasa nyaman dengan apa yang dilakukannya.

Dua piring disiapkan kemudian adonan lotek yang sudah dicampur di bagi dua, tak lupa kerupuk ditaburkan dimasing- masing piring . Sang pembeli kemudian memberikan uang Rp 10.000.00, kemudian Bu mami mengembalikan Rp 3.000.00 kepada sang pembeli. Dengan  porsi yang cukup banyak dan rasa yang tak kalah enaknya. Menurut saya itu harga yang murah, untuk mendapatkan makanan yang kaya akan serat dan vitamin. Tapi  Bukankah sayur- mayur mahal ?  mungkin, ia tidak berani menaikkan harga yang tinggi karena ia takut tidak ada pelangganya apalagi ia membuka warung kampung (warung yang ada di kampung) di dekat rumahnya. Kalau begitu ia mendapatkan untung berapa dari penjualannya sehari? Padahal belum tentu semuanya habis, apalagi sayur- mayur yang sudah direbus tidak dapat bertahan lama hingga esok harinya.  Dengan begitukah sang pejuang lotek menyambung hidupnya???.


Leave a comment

Categories